Monday, July 23, 2012

Cerita Tentang 500 Rupiah

Dear Readers,

Mari kita mulai post hari ini dengan satu pertanyaan sederhana: bagaimanakan nilai 500 rupiah di mata kalian?

Ah, bahkan anak kecil pun saat ini sudah tidak mau diberi uang jajan 500 rupiah. Uang sebanyak itu hanya cukup untuk membeli permen 3 butir. Cukup juga membeli biskuit mini yang mereknya nggak terkenal.

Tapi bagi beberapa orang, 500 rupiah itu sangat berharga. Dan aku bertemu dua di antaranya

1. Tukang Roti
Yang pertama adalah tukang roti yang biasa lewat di depan rumah setiap pagi. Kadang bapak ini suka dititipi ibu loper koran untuk mengirim koran ke rumahku. Aku suka membeli roti dari si bapak dan favoritku adalah roti isi cokelat seharga 4500. Berhubung harganya nanggung gitu, jadi sering aku kasih 5000 dan kadang aku tidak meminta kembaliannya. Buatku, uang 500 rupiah itu biasa aja. Tapi ekspresi si bapak itu bener-bener bikin aku terharu! Beliau berterima kasih berkali-kali (dan aku tahu ucapannya itu tulus) hanya untuk 500 rupiah!!! Terenyuh... Btw, secara fisik bapak penjual roti ini nggak sempurna. Kakinya sedikit pincang tapi dia masih berusaha mengayuh sepeda dan menjajakan roti setiap pagi. Salut.

2. Tukang Tape
Cerita yang kedua adalah cerita dari tukang tape keliling yang menjajakan tape di lingkungan perumahanku. Orangnya sudah tua, sekitar 60-70 tahun tapi kakek ini masih kuat berjalan jauh dan tanpa alas kaki pula. Harga satu bungkus tapenya padahal cuma 500 rupiah. Bayangkan saja kalau bapak ini mampu menjual 100 tape, maka uang yang didapatkannya 50 ribu rupiah. Padahal melihat ukuran keranjang tapenya, sepertinya tidak akan muat untuk 100 bungkus tape. Asumsiku, keuntungan kakek ini kalau lagi laris ya sekitar 10ribu-15ribu. Nggak sebanding kan sama perjuangannya berjalan jauh tanpa alas kaki. Apalagi di siang hari, puasa pula. Tapi biarpun si pembeli hanya membeli satu bungkus tape, kakek ini sudah sangat berterima kasih lho. Terima kasih yang menurutku agak berlebihan hanya untuk 500 rupiah.

So, di bulan Ramadhan ini, mari kita belajar untuk bersyukur. Jika kedua orang yang aku ceritakan di atas saja begitu bersyukur dengan rejeki 500 rupiah, masa kita mengeluh dengan uang ratusan ribu yang kita habiskan dalam sekejap di Mal. Dan aku malu pada kedua orang itu karena dengan penghasilanku yang melebihi mereka, aku masih mengeluh...

No comments:

Post a Comment